“Guruku
tersayang, guruku tercinta,
Tanpamu apa jadinya aku,
Tak bisa baca
tulis, mengerti banyak hal
Guruku terima
kasihku”.
Pernah dengar lagu yang berjudul “Terima
Kasih Guruku” kan? Lagu yang menggambarkan bahwa sosok guru dijadikan tumpuan oleh
seluruh lapisan masyarakat. Sosok guru diharapkan dapat merubah generasi penerus
bangsa menjadi lebih baik, dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap dan
prilaku maupun moral.
Peran guru tidak hanya menstransfer ilmu
pengetahuan, wawasan dan keterampilan pada anak didiknya namun juga berperan
dalam mewariskan budaya yang luhur dan budi pekerti yang terpuji, serta
menanamkan nilai-nilai dan norma yang mulia.
Tugas seorang guru tidak hanya
mengajarkan apa-apa yang ia ketahui, namun lebih jauh lagi menginspirasi anak
didiknya sehingga mereka termotivasi untuk belajar secara mandiri, mencari tahu
lebih banyak lagi dan mengkaji lebih dalam lagi.
Jika berbicara mengenai guru, kita pasti
sering mendengar sebuah slogan lama yang berbunyi, guru adalah digugu dan
ditiru. Dibalik slogan tersebut, terdapat landasan falsafah, bahwa sosok
seorang guru dapat dipercaya dan dijadikan teladan.
Pada umumnya masyarakat
percaya tingkah laku para guru pasti selalu baik dan terpuji. Sehingga mereka
pantas menjadi contoh bagi peserta didiknya. Jadi, dapat dikatakan masa depan
sebuah bangsa sebenarnya ada di pundak para guru.
Menjadi seorang guru bukanlah suatu
pengorbanan, melainkan suatu kehormatan. Guru yang sesungguhnya adalah guru
yang mampu membangkitkan semangat belajar peserta didiknya, yang ingin membuat
pendidikan di Indonesia lebih baik, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cemerlang.
Masih ingat kan semboyan dari Ki Hajar
Dewantara? Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut Wuri Handayani
di depan menjadi contoh, di tengah membangun semangat, dari belakang memberikan
dorongan
Semboyan dalam bahasa jawa tersebut
sangat cocok dijadikan pedoman oleh para guru di Indonesia. Guru sebagai teladan,
dapat dijadikan contoh bagi peserta didiknya, guru sebagai motivator, dapat
memberikan inspirasi bagi peserta didiknya untuk terus belajar. Dan guru
sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan peserta didiknya untuk belajar,
membantu peserta didik yang kesulitan dalam belajar.
Cita-cita seorang guru sejati sebenarnya
hanya ingin melihat peserta didiknya sukses. Kesuksesan seorang murid tidak
hanya diukur dari sebanyak apa ilmu yang ia peroleh, prestasi seorang murid
tidak hanya dilihat dari setinggi apa pangkat dan jabatanya, ataupun dari
berapa banyak harta yang ia miliki, namun lebih pada itu kesuksesan seorang
murid dapat dilihat dari sejauh mana ia mengamalkan ilmu yang ia peroleh untuk
kemaslahatan masyarakat, dan seberapa banyak kiprahnya dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Prestasi seorang murid dapat dilihat
dari seberapa baik akhlak dan pribadinya. Inilah kesuksesan yang hakiki seorang
murid yang juga pada hakikatnya kesuksesan seorang guru yang telah berhasil
mendidik muridnya menjadi insan yang kamil, bermartabat dan memiliki sikap dan
perilaku yang terhormat, sehingga mampu mengubah suatu bangsa menjadi bangsa
yang beradab.