Rabu, 18 Mei 2016

Cita-cita Sang Guru Sejati




“Guruku tersayang, guruku tercinta,
 Tanpamu apa jadinya aku,
Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku”.

Pernah dengar lagu yang berjudul “Terima Kasih Guruku” kan? Lagu yang menggambarkan bahwa sosok guru dijadikan tumpuan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sosok guru diharapkan dapat merubah generasi penerus bangsa menjadi lebih baik, dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku maupun moral.
Peran guru tidak hanya menstransfer ilmu pengetahuan, wawasan dan keterampilan pada anak didiknya namun juga berperan dalam mewariskan budaya yang luhur dan budi pekerti yang terpuji, serta menanamkan nilai-nilai dan norma yang mulia.

Tugas seorang guru tidak hanya mengajarkan apa-apa yang ia ketahui, namun lebih jauh lagi menginspirasi anak didiknya sehingga mereka termotivasi untuk belajar secara mandiri, mencari tahu lebih banyak lagi dan mengkaji lebih dalam lagi.

Jika berbicara mengenai guru, kita pasti sering mendengar sebuah slogan lama yang berbunyi, guru adalah digugu dan ditiru. Dibalik slogan tersebut, terdapat landasan falsafah, bahwa  sosok seorang guru dapat dipercaya dan dijadikan teladan.

Pada umumnya masyarakat percaya tingkah laku para guru pasti selalu baik dan terpuji. Sehingga mereka pantas menjadi contoh bagi peserta didiknya. Jadi, dapat dikatakan masa depan sebuah bangsa sebenarnya ada di pundak para guru.

Menjadi seorang guru bukanlah suatu pengorbanan, melainkan suatu kehormatan. Guru yang sesungguhnya adalah guru yang mampu membangkitkan semangat belajar peserta didiknya, yang ingin membuat pendidikan di Indonesia lebih baik, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cemerlang.

Masih ingat kan semboyan dari Ki Hajar Dewantara? Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut Wuri Handayani di depan menjadi contoh, di tengah membangun semangat, dari belakang memberikan dorongan

Semboyan dalam bahasa jawa tersebut sangat cocok dijadikan pedoman oleh para guru di Indonesia. Guru sebagai teladan, dapat dijadikan contoh bagi peserta didiknya, guru sebagai motivator, dapat memberikan inspirasi bagi peserta didiknya untuk terus belajar. Dan guru sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan peserta didiknya untuk belajar, membantu peserta didik yang kesulitan dalam belajar.
Cita-cita seorang guru sejati sebenarnya hanya ingin melihat peserta didiknya sukses. Kesuksesan seorang murid tidak hanya diukur dari sebanyak apa ilmu yang ia peroleh, prestasi seorang murid tidak hanya dilihat dari setinggi apa pangkat dan jabatanya, ataupun dari berapa banyak harta yang ia miliki, namun lebih pada itu kesuksesan seorang murid dapat dilihat dari sejauh mana ia mengamalkan ilmu yang ia peroleh untuk kemaslahatan masyarakat, dan seberapa banyak kiprahnya dalam pembangunan bangsa dan negara.

Prestasi seorang murid dapat dilihat dari seberapa baik akhlak dan pribadinya. Inilah kesuksesan yang hakiki seorang murid yang juga pada hakikatnya kesuksesan seorang guru yang telah berhasil mendidik muridnya menjadi insan yang kamil, bermartabat dan memiliki sikap dan perilaku yang terhormat, sehingga mampu mengubah suatu bangsa menjadi bangsa yang beradab.